Seiring dengan kemajuan zaman, mode fesyen batik kian mengalami perkembangan. Bukan hanya dari motif, melainkan juga dari model pakaian batik yang kian beraneka ragam.
Untuk itu, para pengusaha batik juga perlu terus berinovasi dan mendekatkan diri ke konsumen. Seperti PT Iskandar Indah Printing Textile yang membuka showroom kedua mereka untuk lebih dekat dengan konsumennya.
Butik kedua itu diresmikan pada Jumat (17/3/2023). Terletak di Jalan Pakel, Nomor 11, Laweyan, Solo, butik ini cukup strategis lantaran tidak jauh jika diakses dari Jalan Adi Sumarmo dan Jalan Adi Sucipto.
“Konsep Kami adalah lebih mendekatkan diri dengan masyarakat karena selama ini kurang lebih dalam waktu 13 tahun kami sudah punya showroom tapi di dalam,” kata Printing Manager PT Iskandartex, Hendra Suryawan Setiawati ketika ditemui saat soft opening.
Selama 56 tahun berdiri, PT Iskandartex terus mengembangkan diri, dari yang mulanya produsen batik rumahan hingga saat ini menjadi perusahaan yang besar.
Pasar yang dijangkau Iskandartext di Tanah Air saat ini sudah menjangkau di beberapa pasar, seperti di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, serta beberapa daerah lainnya.
Tak hanya menjangkau pasar di Tanah Air saja, Iskandartex juga sudah mengekspor batik ke beberapa negara besar, seperti Singapura, Malaysia, dan Dubai.
“Khususnya untuk ekspor kami masih harus banyak berjuang kembali untuk bisa menjawab tantangan global. Paling besar di Dubai kalau saat ini rata-rata dalam satu tahun dua kontainer,” katanya.
Soal harga, Hendra menjamin bahwa produk Iskandartex dapat dijangkau oleh semua kalangan. Selama lebih dari setengah abad dipercaya konsumen, Batik Iskandartex memiliki kualitas yang bagus.
Meskipun menggunakan proses printing dalam pembuatannya, Hendra menjamin bahwa kualitas kain dan warna pantas disandingkan dengan produk serupa yang ada di pasaran.
“Dari kualitas material kain putih yang mana dari material kain putih kami menenun sendiri, kemudian kami printing sampai menjadi produk jadi. Nah showroom ini kami harapkan bisa menjadi jendela kami untuk bisa melihat dunia luar,” ujarnya.
Hendra tidak menampik jika industri tekstil memang menghasilkan limbah produksi. Namun, ia menjamin bahwa limbah yang dibuang sudah diproses melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk meminimalisir pencemara lingkungan.
“Walaupun kita produksinya di tengah-tengah pemukiman penduduk, instalasi pengolahan air limbah kami sangat sangat benar-benar kami perhatikan,” tandasnya.
Editor: Ahmad Muhlisin